Jumat, 29 Juni 2012

PENDEKATAN BEHAVIORAL dan KOGNITIF SOSIAL



PENDEKATAN BEHAVIORAL dan KOGNITIF SOSIAL

I.Pendekatan behavioral untuk pembelajaran           
Pendekatan behavioral menekankan arti penting dari bagaimana anak membuat hubungan antara pengalaman dan perilaku di dalam pendekatan behavioral di bagi menjadi 2 pengkondisian yaitu:
  1. Pengkondisian klasik.
           Tipe pembelajaran dimana suatu organisme belajar untuk mengaitkan/mengasosiasikan
               Stimuli.  
          Pengkondisian klasik dapat berupa pengalaman negatif dan positif dalam diri anak di kelas,  misalnya : anak gagal dalam ujian dan di tegur, dan ini menghasilkan kegelisahan, setelah itu anak mengasosiasikan ujian dengan kecemasan, sehingga menjadi CS untuk kecemasan.
Contoh pengkondisian klasik dlm kritik guru terhadap murid dan ujian.

Didalam pengkondisian klasik terdapat 3 istilah yaitu:
1.Generalisasi, diskriminasi dan pelenyapan
Generalisasi dalam pengkondisian klasik adalah tendensi dari stimulus baru yang sama dengan conditioned stimulus yang asli untuk menghasilkan respon yang sama, misalnya: murid di marahi karena ujian biologinya buruk, saat murid itu mulai bersiap untuk ujian kimia, dia menjadi gugup karena dua mata pelajaran itu saling berkaitan. Jadi menggeneralisasikan satu ujian mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.
2.Diskriminasi
Diskriminiasi dalam pengkondisian klasik terjadi ketika organisme merespon stimuli tertentu tapi tidak merespon stimuli lainnya. Misalnya: murid yang mengikuti ujian di kelas, dia begitu gugup saat menempuh ujian pelajaran bahasa inggris atau sejarah karena dua mata pelajaran itu jauh berbeda  dengan mata pelajaran kimia dan biologi.
3.Pelenyapan
Pelenyapan dalam pengkondisian klasik yaitu pelemahan conditioned response (CR) karena tidak adanya unconditioned stimulus (US). Misalnya : murid yang gugup mengikuti ujian akan mulai menempuh tes dengan lebih baik dan kecemasannya mereda.
Disensitisasi sistematis
Disensitisasi sistematis (systematic desensitization) adalah sebuah metode yang di dasarkan pada pengkondisian klasik yang dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dengan cara membuat individu mengasosiasikan relaksasi dengan visualisasi situasi yang menimbulkan kecemasan. Misalkan: murid di kelas yang sangat gugup saat di minta berbicara di depan kelas.
Tujuan dari disensitisasi sistematis adalah membuat murid itu mengasosiasikan bicara di depan publik dengan relaksasi bukan kecemasan. Dengan menggunakan visualisasi berkali-kali, murid itu bisa melatih disensitiasi sistematis selama dua minggu sebelum bicara, kemudian satu minggu sebelum bicara, lalu empat hari sebelum bicara, dua hari sebelum bicara, pagi hari sebelum maju bicara, saat masuk ke ruang tempat dia akan bicara di depan publik saat bejalan ke podium dan saat bicara
Mengevaluasi pengkondisian klasik.
Pengkondisian klasik membantu kita mampu memahami beberapa aspek pembelajaran dengan lebih baik. Cara ini membantu menjelaskan bagaimana stimulasi netral menjadi diasosiasikan dengan respon yang tak di pelajari dan suka rela. Ini sangat membantu untuk memahami kecemasan dan ketakutan murid, namun cara ini tidak efektif untuk menjelaskan perilaku sukarela, seperti mengapa murid belajar keras untuk satu mata pelajaran atau lebih, menyukai sejarah ketimbang geografi, untuk area ini pengkondisian operan akan lebih relevan.
       2.Pengkondisian Operan
 Pengkondisian operan (juga dinamakan pengkondisian instrumental) adalah sebentuk pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan di ulangi. Arsitek utama dari pengkondisian operan adalah B.F.Skinner, yang pandangannya di dasarkan pada pandangan E.L. Thorndike.
Hukum efek thorndike
Thorndike menempatakan kucing yang lapar pada sebuah kotak dan meletakkan ikan di luar kotak. Untuk  bisa keluar dari kotak, kucing itu harus mengetahui cara membuka palang di dalam kotak tersebut. Pertama-tama kucing itu melakukan beberapa respon yang tidak efektif dia mencakar atau mengigit palang. Akhirnya kucing itu secara tidak sengaja menginjak pijakan yang membuka palang pintu, saat kucing di kembalikan ke kotak,dia melakukan aktifitas acak sampai dia mengijak pijakan itu sekali lagi. Pada percobaan berikunya kucing itu semakin sedikit melakukan gerakan acak sampai dia akhirnya bisa langsung menginjak pijakan itu untuk membuka pintu

Hukum efek Thorndike menyatakan
Bahwa perilaku yang di ikuti dengan hasil positif akan di perkuat dan perilaku yang di ikuti hasil negatif akan di perlemah.
Penguatan dan hukuman.
 Penguatan (imbalan)(reintforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akn terjadi
Hukuman (punishment)adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku.
Misalnya: anda mungkin berkata pada murid anda. “ selamat, saya merasa senang setelah membaca cerita yang kalian tulis” jika murid bekerja lebih keras dan menulis lebih baik lagi untuk cerita selanjutnya, komentar positif anda akan merupakan penguat atau memberi imbalan pada perilaku menulis murid. Jika anda merengut pada murid yang bicara di kelas dan kemudian perilaku bicara itu menurun, maka muka anda merengut itu merupakan hukuman bagi tindakan si murid.
Penguatan berarti memperkuat
Penguatan positif, frekuensi respon meningkat karena di ikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding)
Penguatan negatif, frekuensi respon meningkat karena di ikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan) misalnya: ayah mengomeli putranya agar mau mengerjakan PR. Dia terus mengomel, akhirnya anak itu lelah mendengarkan omelan dan PR-nya.
Cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan positif dan negatif adalah :
1.      Dalam penguatan positif ada suatu yang di tambahkan atau di peroleh.
2.      Dalam penguatan negatif ada suatu yang di kurangi atau di hilangkan.

Generalisasi dalam penkondisian operan berarti memberikan respon yang sama terhadap stimulasi yang sama misalnya jika pujian guru membuat murid belajar lebih keras di kelas, apakah pujian serupa akan juga membuat bekerja lebih keras untuk tugas di luar kelas seperti pekerjaan rumah.
Diskriminasi dalam pengkondisian operan berarti pembedaan di antara stimuli dan kejadian lingkungan. Misalnya seorang murid tahu bahwa di meja guru yang bertuliskan “matematika”  adalah tempat guru menyimpan tugas matematika hari ini, sedang yang tertulis “inggris” adalah tempat menyimpan tugas bahasa inggris hari ini.
Dalam pengkondisian operan, pelenyapan (extinction) terjadi ketika respons penguat sebelumnya tidak lagi di perkuat dan responnya menurun.misalnya, dalam beberapa kasus guru kurang memberi perhatian yang kurang bijaksana, sehingga malah memperkuat tindakan disruptif, seperti ketika murid mencubit murid lain lalu guru kemudian langsung bicara dengan pelakunya.
II. Analisis perilaku terapan dalam pendidikan
Apa itu analisis perilaku terapan ??
Analisis perilaku terapan adalah penerapan prinsip pengkondisian  operan untuk mengubah perilaku manusia.
Ada 3 penggunaan analisis perilaku yang penting dalam bidang pendidikan:
1. meningkatkan perilaku yang diharapkan
 Lima strategi pengkondisian operan dapat di pakai untuk meningakatkan perilaku anak yang di harapkan:
a.Memilih jadwal penguatan terbaik.
b.Menjadikan penguat kontingen dan tepat waktu.
c.Memilih penguat yang efektif.
d.Menggunakan perjanjian.
e.Menggunakan penguatan negatif secara efektif.
2. menggunakan dorongan (prompt) dan pembentukan (shaping)
3.Mengurangi perilaku yang tidak di harapkan
 Analisis perilaku terapan Paul Alberto dan anne troutman(1999), merekomendasikan bahwa  jika guru mengurangi perilaku yang tidak di harapkan, mereka harus  menggunakan 4 langkah berikut ini secara berurutan:
a.Menggunakan penguatan deferensial
b.Menghentikan penguatan pelenyapan
c.Menghilangkan stimuli yang di inginkan
d.Memberikan stimuli yang tidak di sukai(hukuman)
III. Pendekatan kognitif sosial untuk pembelajaran
            Teori kognitif Sosial Bandura.
Teori kognitif sosial (social cognitive teory) menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif  dan juga faktor perilaku, memainkan peran penting dalam pembelajaran. Faktor kognitif mungkin berupa ekspektasi murid untuk meraih keberhasilan; faktor sosial mungkin mencakup pengamatan murid terhadap perilaku orang tuanya.
Albert Bandura (1986,1997,2000,2001) adalah salah satu arsistek utama teori kognitif sosial. Dia mengatakan bahwa ketika murid belajar, mereka dapat mempersentasikan atau mentransformasi pengalaman mereka secara kognitif.
Bandura mengembangkan model determinisme resiprokal yang terdiri dari tiga faktor  utama : 1.perilaku,
2.person/kognitif, dan
3. lingkungan.

P
        perilaku


                             P/K                                                                    L
                    faktor person                                            lingkungan

                     dan kognitif


                                                                                               
Gambar. Model determinisme resiprokal dalam pembelajaran dari Bandura.






Teori Kepribadian Humanistik


Teori Kepribadian Humanistik Person Centeret Rogers

Sejarah Tokoh Teori Humanistik Carl Rogers
Carl Roger dilahirkan di Oak part .Ilionis pada tanggal 8 Januari 1902 dan meninggal pada tahun 1987.Dia anak dari pasangan Walter dan Julia .Keluarga Rogers dipandang sebagai penganut protestan konservatif.Pada tahun 1924 dia lulus dari universitas Wisconsin dalam bidang pertanian .Pada tahun yang sama, yaitu pada tanggal 28 Agustus dia menikah dengan Hellen Elliot .Mereka dikarunia dua anak ,yaitu David dan Natalie.Mulai 1924-1926 dia masuk ke union teologi seminarnya,sebagai lembaga yang mengembangkan pandangan yang liberal dan filosofis dalam agama.Pada tahun 1928 dia menerima gelar di MA di Universitas Columbia dan gelar ph.D.Pada tahun 1931 di Universitas ysng sama dalam bidang psikologi pendidikan di klinik.Selama tahun 1927 sampai 1928 Rogers memulai praktik pertamanya dalam psikologi klinik dan menjadi anggota dari institut bimbingan anak.
Rogers adalah seorang peletak dasar dari gerakan potensi manusia ,yang menekankan perkembangan pribadi melalui latihan sensivitas,kelompok pertemuan dan latihan lainnya yang yang ditunjukkan untuk membantu orang agar memiliki pribadi yang sehat.Dia membangun teorinya berdasarkan praktek interasi terapeutik dengan para pasiennya.Karena dia menekankan teorinya kepada pandangan subyektif seseorang maka teorinya dinamakan”Person Centered Theory”
A.Konstruk (Aspek-aspek)Kepribadian
 Karena perhatian utama Roger pada perkembangan/perubahan kepribadian,maka dia tidak menekankan kepada struktur kepribadian.Roger mengajukan 2 konstruk pokok dalam teorinya yaitu:
1)      Organisme
Yaitu makluk fisik(Physical Creature)dia semua fungsi-fungsinya,baik pisik maupun psikis ,organisme ini juga merupakan locus (Tempat )semua pengalaman,dan pengalaman ini merupakan persepsi seseorang tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam diri sendiri dan juga diluar (External world).Totalitas baik yang disadari ataupun tidak disadari membangun medan fenominal (Phenomenal Field).
Medan penomena seseorang tidak diketahui oleh orang lain,kecuali melalui inferensi empatik,itu pun tidak pernah diketahui secara sempurna.Masalah besar yang sulit dijawab dari medan fenomena ini adalah bagaimana orang dapat memisahkan fakta dengan fiksi dalam medan subjektifnya?
Dalam hal ini,Roger berpendapat bahwa hanya ada satu cara untuk membedakan yaitu mengetes realita,atau mengecek kebenaran dari informasi,dalam mana hipotesis seseorang didasarkan pula kepada sumber informasinya
Contoh:Apabila anda merasa tidak yakin tentang botol mana yang berisi air garam dari dua boto yang sama-sama berisi benda halus berwarna putih maka sebaiknya anda mencicipi isi kedua botol tersebut,apa bila isi salah satu botol tersebut rasanya lain maka itulah garam.
2.Self
       Merupakan konstruk utama dalam teori kepribadian Roger.Yang dewasa ini di kenal dengan “Self concep”Roger mengartikan sebagai”persepsi”tentang karakteristik “1”atau”me” dan persepsi tentang hubungan “1”atau”me”dengan orang lain /berbagai aspek kehidupan.Diartikan juga sebagai “Keyakinan tentang kennyataan”,keunikan,dan kualitas tingkah laku diri sendiri .Konsep diri merupakan gambaran mental tentang dirinya sendiri seperti”saya cantik”.
        Hubungan antara “self consept” dengan organisme terjadi dalam dua kemungkinan yaitu”Congruence atau incongruece”.Kedua kemungkinan hubungan ini menentukan perkembangan kematangan,penyesuaian dan kesehatan mental.         
Apabila antara “self concept”denagan organisme terjadi kecocokan maka hubungan itu disebut kongruen,tapi apabila terjadi ketidakcocokan maka disebut inkongruen.
Contoh inkongruen :anda mungkin menyakini bahwa secara akademi anda seorang yang cerdas (self concept),namun nyatanya nilai-nilai yang anda peroleh sebaliknya (organisme atau pengalaman nyata)
Suasana inkongruen menyebabkan seseorang mengalami sakit mental (mental illness,seperti :merasa terancam,cemas,picik.Sedangkan kongruen mengembangkan kesehatan mental atau penyesuaian psikologis.
Ciri – ciri orang yang sehat psikologisnya adalah sebagai berikut:
1.      Dia mampu mempresepsi dirinya dan orang lain serta peristiwa yang terjadi di lingkungannya secra obyektif.
2.      Dia terbuka terhadap semua pengalaman.
3.      Dia mampu menggunakan semua pengalamannya.
Pada tahun 1930 an Rogers meneliti tentang faktor – faktor penentu yang mempengaruhi tingkah laku anak yang sehat (konstruktif)/tidak sehat (destruktif).Faktor – faktor yang menyakini mempengaruhi anak tersebut adalah:
a.       Faktor Eksternal: terutama lingkungan keluarga
b.      Faktor Internal : Self Insight,Self accepptance/self responsibility.
B. Dinamika Kepribadian
Rogers menyakini bahwa manusia dimotivasi oleh kecenderungan atau kebutuhan untuk mengaktualisasikan memelihara dan meningkatkan dirinya.kebutuhan ini bersifat bawahan sebagai kebutuhan dasar jiwa manusia yang meliputi kebutuhan fisik dan psikis.
C. perkembangan Kepribadian
Rogers tidak mengemukakan tahapan (stages)dalam perkembangan kepribadian.Dia lebih tertarik kepada cara- cara orang lain ( orang tua )menilai anak, atau sikap dan perlakuan orang tua (terutama Ibu) terhadap anak.
Secara ideal,anak mendapatkan kasih sayang dan penerimaan yang cukup  dari orang tua.Kondisi ini disebut “Uconditional positiv reguard”.Kondisi inin mengimplikasikan bahwa cinta kasih ibu kepada anak tidak diberikan secara bebas dan penuh.
Perkembangan dari “positiv regart” ke “positiv self regart”dipengaruhi oleh kondisi yang mengembangkan perasaan berharga (condition of worth”
Menurut Rogers”Fully fuctioning person”merupakan tujuan dari perkembangan seseorang.Orang yang telah mencapai “full fuctioning person“ini memiliki karakteristik pribadi sbb :
a.       Memiliki kesadaran akan semua pengalaman
b.      Mengalami kehidupan secara penuh dan pantas pada setiap saat
c.       Memiliki rasa percaya  kepada dirinya sendiri
d.      Memiliki perasaan bebas untuk memilih tanpa hambatan apapun
e.       Menjalani kehiduapan secara konstruktif dan adaktif terhadap perubahan yang terjadi di lingkungan serta berpikir kreatif
Menurut Rogers perkembangan “self”selalu bersifat proges (maju) tidak statis atau selesai.Rogers memformulasikan teori kepribadiaannyakedalam 19 proposisi yaitu sbb :
Proposisi 1
Setiap individu berada dalam perubahan dunia pengalaman yang terus menerus berubah dan dia sebagai pusatnya.Individu hidup dalam dunia pengalamannya sendiri,yang tidak pernah sama dari satu hari ke hari berikutnya.Dunia pengalaman individu hanya diketahuai dirinya sendiri.
Proposisi 2
Organisme mereaksi medan pengalaman sebagaimana medan itu dialami dan dipersepsinya . Medan yang dipersepsi individu adalah nyata.
Proposisi 3
Organisme mereaksi medan fenomena sebagai keseluruhan yang terorganisasi. Rogers berpendapat bahwa karakteristik dasar individu adalah kecenderunagn ke arah respon atau tujuan secara total. Rogers menolak penjelasan tingkah laku secara  Stimulus-Respon yang bersifat sederhana.
Proposisi 4
 Organisme memiliki satu kecenderungan atau motif dasar yaitu mengaktualisasikan, memelihara dan mengembangkan “self”
Proposisi 5
Tingkah laku merupakan usaha organisme untuk mencapai tujuan yaitu memuaskan kebutuhan-kebutuhannya.
Proposisi 6
Emosi menyertai dan memfasilitasi pencapaian tujuan tingkah laku. Dalam hal ini kepribadian mencoba mengintegrasikan dua jenis emosi yaitu dalam tingkah laku : yang menyenangkan (seperti perasaan lega) dan yang tak menyenangkan (seperti marah).
Proposisi 7
Cara yang paling baik untuk memahami tingkah laku adalah melalui kerangka berpikir (frame of reference) individu itu sendiri.
Proposisi 8
Sebagian dari medan persepsi berangsur-angsur terdiferensiasi manjadi “self”.
Proposisi 9
Struktur  “self” terbentuk sebagai hasil interaksi dengan lingkungan dan evaluasi terhadap orang lain.
Propososisi 10
Nilai terikat dengan pengalaman, dan nilai-nilai merupakan bagian struktur “self” dalam beberapa hal adalah nilai yang dialami langsung oleh organisme, dan dalam beberapa hal adalah nilai-nilai yang diintropeksikan atau diambil dari orang lain.
Proposisi 11
Pengalaman yang terjadi dalam kehidupan individu mungkin (a) dilambangkan (disadari) , dipersepsi dan diorganisasikan ke dalam “self”, (b) diabaikan karena dipersepsi tidak berhubungan dengan struktur “self”  dan (c) ditolak secara palsu karena pengalaman tidak konsisten atau tidak sesuai struktur self.
Proposisi 12
Cara-cara  berperilaku yang diadopsi oleh organisme adalah yang konsisten dengan “self concept”. Untuk mengubah tingkah laku individu adalah mengubah konsep dirinya.
Proposisi 13
Tingkah laku dalam hal tertentu disebabkan atau didorong oleh pengalaman organisme yang tak dikembangkan.
Proposisi 14
Malasuai psikologis (psychological maladjusment) terjadi ketika organisme menolak untuk menyadari pengalaman sensoris, dan yang mendalam, yang tidak dilambangkan atau diorganisasikan ke dalam struktur “self”. Kepribadian tidak dapat mengaktualisasikan dirinya jika, jika pengalamannya tidak serasi dengan dirinya yang nyata (real self).
Proposisi 15
Penyesuaian psikologis terjadi apabila semua pengalaman organisme itu diasimilasikan pada taraf lambang (sadar) ke dalam hubungan yang serasi dengan konsep diri.
Proposisi 16
Setiap pengalaman yang tidak serasi dengan struktur “self” dipersepsi sebagai suatu ancaman, dan semakin kuat presepsi itu akan semakin terorganisasi struktur “self” untuk mempertahahnkan diri.
Proposisi 17
Dalam kondisi yang tidak ada ancaman bagi struktur self, pengalaman yang tidak serasi itu dipresepsi, diuji dan direvisi oleh struktur self agar dapat mengasimilasi dan melingkupi pengalaman-pengalaman tersebut.
Proposisi 18
Apabila individu mempresepsi dan menerima segala pengalamannya ke dalam satu sistem yang serasi dan terpadu maka dia akan lebih memahami dan menerima orang lain sebagai individu. Apabila individu dapat mengembangkan konsep dirinya yang serasi sebagai individu, maka dia akan dapat  mengembangkan hubungan interpersonalnya yang baik dengan orang lain.
Proposisi 19
Apabila individu mempersepsi dan menerima pengalaman organisme ke dalam struktur self-nya, dia akan menemukan bahwa dirinya telah mengganti sistem nilainya yang ada pada umumnya didasarkan kepada introjeksi yang dilambangkan secara palsu dengan proses pengalaman organismik yang terus menerus.
D. Kritik terhadap teori humanistik
Terdapat beberapa kritik tentang kelemahan pendekatan humanistik mengenai kepribadian yaitu sebagai berikut :
1)      Poor testibility,teorinya sulit diuji (diukur) secara ilmiah, seperti konsep perkembangan manusia dan self actualization.
2)      Unrealistic view of human nature. Humanistik terlalu optimis dalam mengasumsi tentang hakikat manusia. Dalam mendiskripsikan kepribadian yang sehat kurang realistik. Seperti dalam mendeskripsikan ciri-ciri self actualizing terlalu sempurna.
3)      Inadequete evidence,bukti-bukti yang tidak tepat.                                                                                                                                                                 
E. Implikasi teori kepribadian humanistik terhadap bimbingan dan konseling.
       I.            Tujuan bimbingan dan konseling
Tujuan utama bimbingan dan konseling adalah the bully funtioning (mature) person the self actualizing (psychologically healty) personl. Secara khusus tujuannya adalah dirinci sebagai berikut :
a)      Bersikap demokrtis
b)      Bertanggung jawab atas perbuatannya
c)      Senang menjalin hubungan interpersonal
d)     Bersikap rasional dan tidak devfensive
e)      Menerima diri, orang lain dan lingkungan.
    II.            Peran konselor
Buhler dan allen (gerald corey:1988) menjelaskan bahwa konselor humanistik memiliki orientasi sebagai berikut :
a)      Berorientasi pada perkembangan
b)      Menyadari tanggung jawabnya sebagai konselor
c)      Mengakui sifat timbal balik dari hubungan bimbingan dan konseling.
F. Pribadi yang berfungsi penuh
Rogers menemukan lima sifat khas dari seseorang yang berfungsi penuh.
1)      Keterbukaan pada pengalaman yang berarti bahwa seseorang tidak bersifat kaku dan defensif melainkan bersifat flaksibel.
2)      Kehidupan eksistensial adalah orang yang tidak mudah berprasangka ataupun memanipulasi pengalaman-pengalaman melainkan dapat menyesuaikan diri
3)      Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri yang berarti bertingkah laku menurut apa yang dirasa benar
4)      Perasaan bebas
5)      Kreativitas
G. Client-Centered Counseling
Carl roger sebenarnya tidak begitu banyak memfokuskan kepribadian. Teknik terapi lebih banyak mewarnai berbagai karya akademiknya. Mula-mula corak konseling ini disebut konseling nondirektif, kemudian digunakan  Client-Centered Counseling dengan maksud individualitas konseling setaraf dengan individualitas konselor. Menurut Rogers, dalam teknik ini ingin diciptakan suasana pembicaraan yang permisif.  Dasar dari teknik ini adalah manusia mampu memulai sendiri arah perkembangannya dan menciptakan kesehatan dan menyesuaikannya.
1.      Konselor dalam teknik ini diharapkan bersifat dan bersikap :
1)      Menerima                               
2)      Kehangatan
3)      Tampil apa adanya
4)      Empati
5)      Penerimaan tanpa syarat
6)      Transparansi
7)      Kongruensi
2.      Tujuan dari teknik ini adalah terapis memberikan empati ke dalam perasaan klien sehingga klien dapat mengungkapkan perasaannya dan kebutuhannya secara lebih tajam tanpa rasa takut yang pada akhirnya mengintegrasikan ke dalam konsep diri yang luas.
3.      Dapat dilihat perubahan yang terjadi dalam proses terapis antara lain :
1)      Klien akan mengekspresikan pengalaman-pengalamannya, perasaan-perasaannya tentang kehidupa, dan problema yang dihadapi
2)      Mereka akan berkembang menjadi orang yang dapat menilai secara tepat makna perasaan-persaannya
3)      Mereka sadar sepenuhnya akan perasaan perasaan yang mengganggu
4.      Setelah terapi, klien akan mendapatkan insight secara mendalam terhadap dirinya dan permasalahannya, antara lain :
1)      Mereka menjadi terbuka dengan perasaan sendiri
2)      Mereka menjadi kreativ
3)      Mereka merasa bahwa hidup menjadi lebih baik jika, juga dalam hubungannya dengan orang lain.
5.      Konsep pokok terapi  Client-Centered
1)      Keterlibatan konseli aktif
2)      Kapasitas untuk tumbuh
3)      Bertumbuh untuk suasana lebih permissive
4)      Manusia pada dasarnya baik, konstruktif dan dapat dipercaya
5)      Sifat irasional tingkah laku.