PENDEKATAN BEHAVIORAL dan KOGNITIF SOSIAL
I.Pendekatan
behavioral untuk pembelajaran
Pendekatan
behavioral menekankan arti penting dari bagaimana anak membuat hubungan antara
pengalaman dan perilaku di dalam pendekatan behavioral di bagi menjadi 2 pengkondisian yaitu:
- Pengkondisian klasik.
Tipe pembelajaran dimana suatu
organisme belajar untuk mengaitkan/mengasosiasikan
Stimuli.
Pengkondisian klasik dapat berupa
pengalaman negatif dan positif dalam diri anak di kelas, misalnya : anak gagal dalam ujian dan di
tegur, dan ini menghasilkan kegelisahan, setelah itu anak mengasosiasikan ujian
dengan kecemasan, sehingga menjadi CS untuk kecemasan.
Contoh
pengkondisian klasik dlm kritik guru terhadap murid dan ujian.
|
1.Generalisasi,
diskriminasi dan pelenyapan
Generalisasi
dalam pengkondisian klasik adalah tendensi dari stimulus
baru yang sama dengan conditioned stimulus yang asli untuk menghasilkan respon
yang sama, misalnya: murid di marahi karena ujian biologinya buruk, saat murid
itu mulai bersiap untuk ujian kimia, dia menjadi gugup karena dua mata pelajaran
itu saling berkaitan. Jadi menggeneralisasikan satu ujian mata pelajaran dengan
mata pelajaran lainnya.
2.Diskriminasi
Diskriminiasi
dalam pengkondisian klasik terjadi ketika organisme merespon
stimuli tertentu tapi tidak merespon stimuli lainnya. Misalnya: murid yang
mengikuti ujian di kelas, dia begitu gugup saat menempuh ujian pelajaran bahasa
inggris atau sejarah karena dua mata pelajaran itu jauh berbeda dengan mata pelajaran kimia dan biologi.
3.Pelenyapan
Pelenyapan
dalam pengkondisian klasik yaitu pelemahan conditioned
response (CR) karena tidak adanya unconditioned stimulus (US). Misalnya : murid
yang gugup mengikuti ujian akan mulai menempuh tes dengan lebih baik dan
kecemasannya mereda.
Disensitisasi
sistematis
Disensitisasi
sistematis (systematic desensitization) adalah sebuah metode yang di dasarkan
pada pengkondisian klasik yang dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dengan
cara membuat individu mengasosiasikan relaksasi dengan visualisasi situasi yang
menimbulkan kecemasan. Misalkan: murid di kelas yang sangat gugup saat di minta
berbicara di depan kelas.
Tujuan dari
disensitisasi sistematis adalah membuat murid itu
mengasosiasikan bicara di depan publik dengan relaksasi bukan kecemasan. Dengan
menggunakan visualisasi berkali-kali, murid itu bisa melatih disensitiasi
sistematis selama dua minggu sebelum bicara, kemudian satu minggu sebelum
bicara, lalu empat hari sebelum bicara, dua hari sebelum bicara, pagi hari
sebelum maju bicara, saat masuk ke ruang tempat dia akan bicara di depan publik
saat bejalan ke podium dan saat bicara
Mengevaluasi
pengkondisian klasik.
Pengkondisian
klasik membantu kita mampu memahami beberapa aspek pembelajaran dengan lebih
baik. Cara ini membantu menjelaskan bagaimana stimulasi netral menjadi
diasosiasikan dengan respon yang tak di pelajari dan suka rela. Ini sangat
membantu untuk memahami kecemasan dan ketakutan murid, namun cara ini tidak
efektif untuk menjelaskan perilaku sukarela, seperti mengapa murid belajar
keras untuk satu mata pelajaran atau lebih, menyukai sejarah ketimbang
geografi, untuk area ini pengkondisian operan akan lebih relevan.
2.Pengkondisian Operan
Pengkondisian operan (juga dinamakan
pengkondisian instrumental) adalah sebentuk pembelajaran dimana
konsekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas
perilaku itu akan di ulangi. Arsitek utama dari pengkondisian operan adalah
B.F.Skinner, yang pandangannya di dasarkan pada pandangan E.L. Thorndike.
Hukum efek thorndike
Thorndike menempatakan kucing yang lapar pada sebuah
kotak dan meletakkan ikan di luar kotak. Untuk
bisa keluar dari kotak, kucing itu harus mengetahui cara membuka palang
di dalam kotak tersebut. Pertama-tama kucing itu melakukan beberapa respon yang
tidak efektif dia mencakar atau mengigit palang. Akhirnya kucing itu secara
tidak sengaja menginjak pijakan yang membuka palang pintu, saat kucing di
kembalikan ke kotak,dia melakukan aktifitas acak sampai dia mengijak pijakan
itu sekali lagi. Pada percobaan berikunya kucing itu semakin sedikit melakukan
gerakan acak sampai dia akhirnya bisa langsung menginjak pijakan itu untuk
membuka pintu
Hukum efek Thorndike menyatakan
Bahwa perilaku yang di ikuti dengan hasil positif
akan di perkuat dan perilaku yang di ikuti hasil negatif akan di perlemah.
Penguatan
dan hukuman.
Penguatan (imbalan)(reintforcement) adalah
konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akn terjadi
Hukuman
(punishment)adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu
perilaku.
Misalnya:
anda mungkin berkata pada murid anda. “ selamat, saya merasa senang setelah
membaca cerita yang kalian tulis” jika murid bekerja lebih keras dan menulis
lebih baik lagi untuk cerita selanjutnya, komentar positif anda akan merupakan
penguat atau memberi imbalan pada perilaku menulis murid. Jika anda merengut
pada murid yang bicara di kelas dan kemudian perilaku bicara itu menurun, maka
muka anda merengut itu merupakan hukuman bagi tindakan si murid.
Penguatan
berarti memperkuat
Penguatan
positif, frekuensi respon meningkat karena di ikuti dengan stimulus yang
mendukung (rewarding)
Penguatan
negatif, frekuensi respon meningkat karena di ikuti dengan penghilangan
stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan) misalnya: ayah mengomeli putranya
agar mau mengerjakan PR. Dia terus mengomel, akhirnya anak itu lelah
mendengarkan omelan dan PR-nya.
Cara untuk mengingat perbedaan
antara penguatan positif dan negatif adalah :
1. Dalam
penguatan positif ada suatu yang di tambahkan atau di peroleh.
2. Dalam
penguatan negatif ada suatu yang di kurangi atau di hilangkan.
Generalisasi dalam
penkondisian operan berarti memberikan respon yang sama
terhadap stimulasi yang sama misalnya jika pujian guru membuat murid belajar
lebih keras di kelas, apakah pujian serupa akan juga membuat bekerja lebih
keras untuk tugas di luar kelas seperti pekerjaan rumah.
Diskriminasi dalam
pengkondisian operan berarti pembedaan di antara stimuli dan
kejadian lingkungan. Misalnya seorang murid tahu bahwa di meja guru yang
bertuliskan “matematika” adalah tempat
guru menyimpan tugas matematika hari ini, sedang yang tertulis “inggris” adalah
tempat menyimpan tugas bahasa inggris hari ini.
Dalam pengkondisian
operan, pelenyapan (extinction) terjadi ketika respons
penguat sebelumnya tidak lagi di perkuat dan responnya menurun.misalnya, dalam
beberapa kasus guru kurang memberi perhatian yang kurang bijaksana, sehingga
malah memperkuat tindakan disruptif, seperti ketika murid mencubit murid lain
lalu guru kemudian langsung bicara dengan pelakunya.
II.
Analisis perilaku terapan dalam pendidikan
Apa itu analisis perilaku terapan
??
Analisis perilaku terapan adalah penerapan
prinsip pengkondisian operan untuk
mengubah perilaku manusia.
Ada
3 penggunaan analisis perilaku yang penting dalam bidang pendidikan:
1.
meningkatkan perilaku yang diharapkan
Lima
strategi pengkondisian operan dapat di pakai untuk meningakatkan perilaku anak
yang di harapkan:
a.Memilih jadwal penguatan terbaik.
b.Menjadikan penguat kontingen dan tepat
waktu.
c.Memilih penguat yang efektif.
d.Menggunakan perjanjian.
e.Menggunakan penguatan negatif secara
efektif.
2.
menggunakan dorongan (prompt) dan pembentukan (shaping)
3.Mengurangi
perilaku yang tidak di harapkan
Analisis
perilaku terapan Paul Alberto dan anne troutman(1999), merekomendasikan
bahwa jika guru mengurangi perilaku yang
tidak di harapkan, mereka harus
menggunakan 4 langkah berikut ini secara berurutan:
a.Menggunakan penguatan deferensial
b.Menghentikan penguatan pelenyapan
c.Menghilangkan stimuli yang di inginkan
d.Memberikan stimuli yang tidak di sukai(hukuman)
III.
Pendekatan kognitif sosial untuk pembelajaran
Teori kognitif Sosial Bandura.
Teori kognitif sosial (social cognitive teory)
menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif
dan juga faktor perilaku, memainkan peran penting dalam pembelajaran.
Faktor kognitif mungkin berupa ekspektasi murid untuk meraih keberhasilan;
faktor sosial mungkin mencakup pengamatan murid terhadap perilaku orang tuanya.
Albert
Bandura (1986,1997,2000,2001) adalah salah satu arsistek utama teori kognitif
sosial. Dia mengatakan bahwa ketika murid belajar, mereka dapat
mempersentasikan atau mentransformasi pengalaman mereka secara kognitif.
Bandura
mengembangkan model determinisme resiprokal yang terdiri dari tiga
faktor utama : 1.perilaku,
2.person/kognitif,
dan
3.
lingkungan.
P
perilaku
perilaku
P/K L
faktor person lingkungan
dan kognitif
faktor person lingkungan
dan kognitif
Gambar.
Model determinisme resiprokal dalam pembelajaran dari Bandura.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar